- Angel Temen Tuturanmu!!!
- Christ The Lawgiver
- SEKILAS AJARAN KESELAMATAN DALAM IMAN KRISTEN
- Kemuliaan Inkarnasi
- Dari Perayaan Paskah (Chag Ha Pesakh) sampai Perayaan Roti tak Beragi (Chag Ha Matsot)
- Almasih: Al-Quddus wa al-Barr
- En Anthropo Theos
- The Sonship of Jesus Christ
- En arche
- Almasih El Nose (Forgiving God)
Christ The Lawgiver
Artikel Terkait
- Almasih: Al-Quddus wa al-Barr0
- En Anthropo Theos1
- The Sonship of Jesus Christ1
- En arche13
- Almasih El Nose (Forgiving God)0
- Yesus Juruselamat Ilahi Dalam Nubuatan Nabi Mikha5
- Jesus The Word of God: Tanggapan Atas Tuduhan Sanihu Munir tentang Logos Neo Platonisme-Philo da0
- Yesus Tu(h)an atau Tuhan (God) ?0
- Isa Almasih Rasul Allah 1
- Almasih Sang Kalimatullah2
Artikel Populer
- Apa Saja Pokok Ajaran Kristen?
- Trinitas adalah Monotheisme (Tauhid)
- Jesus The Word of God: Tanggapan Atas Tuduhan Sanihu Munir tentang Logos Neo Platonisme-Philo da
- Pancasila Dalam Sorotan Kitab Suci
- Yesus Tu(h)an atau Tuhan (God) ?
- Doa Yang Berkenan Pada Allah
- Yesus Juruselamat Ilahi Dalam Nubuatan Nabi Mikha
- Almasih Sang Kalimatullah
- The Sign of The Cross
- Almasih: Al-Quddus wa al-Barr

Pernah suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah (Bait al-Maqdis), tiba-tiba imam-imam kepala (ru’asa al-kahanah) dan tua-tua agama Yahudi bertanya pada Yesus: “… bi ayyi sulthanin taf’alu hadza ?”. Dengan otoritas siapa Engkau melakukan hal-hal ini?, sebuah pertanyaan penuh selidik sekaligus pelecehan terhadap pribadi Yesus.
Namun sebagai Sang Hikmat, jawaban Kristus membungkam telak para imam kepala dan tua-tua yahudi tersebut. Sebab sejatinya bila mereka mengakui kemesiasan Yesus, maka niscaya mereka tidak akan mempertanyakan baik pengajaran maupun karya-karya kemesiasanNya.
Karena dalam sumber-sumber Yahudi, seperti yang ditulis oleh Risto Santala, seorang teolog yang menguasai Yudaisme, dalam bukunya : “Paul: The man and the teacher in the light of Jewish sources”, Mesias disebut sebagai Sang Mehoqeq ( מְחֹקֵ֖ק), Lawgiver, Sang Pemberi Hukum. Dalam terjemahan Alkitab Bahasa Arab diterjemahkan menjadi: Musytari’ ( مُشْتَرِعٌ ). Keyakinan teologis ini didasarkan pada nubuatan mesianik dalam Kitab Bereshit/Kejadian 49:10, yang diyakini oleh rabbi-rabbi Yahudi sebagai nubuatan untuk Sang Mesias.
Seperti dalam Targum Onkelos misalnya, dinyatakan disana bahwa tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda sampai Raja Mesias datang, yakni Dia yang berkuasa memerintah. Sedangkan dalam Targum Yonathan, ayat tersebut dipahami menunjuk pada jaman Raja Mesias. Demikian juga dalam Midrash Rabbah, disebutkan bahwa shilo yang akan datang dalam Kejadian 49:10 adalah Raja Mesias.
Itulah sebabnya Matius, yang oleh pewahyuan Ruh Kudus mula-mula menulis Injil untuk pembaca Yahudi, merekam sabda-sabda Yesus yang berotoritas sebagai Pemberi Hukum/ Mehoqeq. Contohnya bisa anda baca dalam Matius 5:21-48. Dalam ayat-ayat tersebut, Kristus menyatakan otoritasNya sebagai Raja Mesias, Al-Musytari’, yang memberikan penafsiran yang benar maupun hukum yang baru pada orang Yahudi dan juga seluruh umat manusia.
Inilah yang kemudian dalam iman Kristen disebut sebagai hukum Kristus/Syari’at al-Masih (شريعة المسيح) sebagai penggenapan dari syari’at Musa (شريعة موسى). Berbeda dengan Syari’at Musa yang hanya terbatas pada hukum penyucian lahiriah dan aturan-aturan hidup insani (Ibr 9:10), Syari’at Kristus memiliki kuasa pembebasan dan kuasa penebusan umat manusia dari dosa serta kekuatan Iblis, sesuatu yang tidak didapat dari syari’at Musa. Dan memang syari’at Musa tidak diberikan untuk menjadi jalan keselamatan, tetapi sebagai penuntun pada keselamatan yakni Kristus (Gal 3:24-25).
Jadi saat ini, umat Kristen hidup menurut prinsip dan aturan Hukum Kristus yakni Kasih. Kasihlah yang menjadi penggerak dan motivasi ibadah maupun perbuatan dan tutur kata orang percaya. Namun harus diingat, kasih tidak boleh dilepaskan dari kebenaran.
Sebab ada orang percaya yang hanya berbicara dan melakukan kasih tetapi melepaskannya dari kebenaran Allah dalam Kristus. Misalnya soal prinsip keselamatan, banyak orang Kristen tanpa sadar atas nama kasih, kemudian merelatifkan bahkan mereduksi kebenaran Kristus. Semua orang bisa selamat tanpa Kristus asal berbuat kasih atau kebaikan, kata mereka. Ini kasih semu yang dilepaskan dari kebenaran. Kasih dan Kebenaran Allah tidak bisa dilepaskan. Allah mengasihi manusia, tetapi kebenaranNya tentang dosa tidak lantas dianulir atas nama kasih.
Salam Kasih Dalam Kristus
Zoelife
