Yesus Juruselamat Ilahi Dalam Nubuatan Nabi Mikha

By zoelife 10 Feb 2018, 04:18:17 WIB Kristologi
Yesus Juruselamat Ilahi Dalam Nubuatan Nabi Mikha

YESUS JURUSELAMAT ILAHI DALAM NUBUATAN NABI MIKHA

Sebagai orang-orang Yahudi, kedua belas murid Yesus tidak asing dengan banyaknya nubuat yang disampaikan para nabi tentang Almasih (Ibr: המשיח/ha Mashiach), tokoh besar yang akan hadir pada jaman akhir untuk menyelamatkan umatNya. Misalnya Petrus yang menulis dalam suratnya yang pertama: “…Keselamatan itulah yang diteliti dan diselidiki oleh para nabi (anbiya’) yang telah bernubuat/propheteusantes tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu’ (1 Petrus 1:10).

Demikian juga Paulus, seorang rabbi Yahudi yang dimuridkan langsung oleh Rabban Gamaliel, ulama besar Yahudi abad pertama yang sangat dihormati karena kepakarannya dalam agama Yahudi, menulis dalam suratnya pada jemaat di Roma: “… Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya (anbiya’) dalam kitab-kitab suci (fi al-kutub al-muqaddasah).

Baik Petrus dan Paulus menggunakan bentuk jamak untuk nabi dalam suratnya yang kita kutip diatas. Berarti tidak hanya satu orang nabi yang menerima wahyu Allah tentang Almasih. Lebih jauh Paulus memberikan kesaksian dalam kapasitasnya sebagai seorang rabbi yang mengerti dengan baik kitab Tanakh (Old Testament), bahwa nubuat yang diterima oleh para nabi itu dituliskan untuk diwariskan bagi generasi selanjutnya yang akan melihat pemenuhan nubuatan tersebut.

Kesaksian Petrus dan Paulus diatas sesuai dengan pernyataan Yesus setelah kebangkitanNya dari kematian: “…Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur”. Yang dimaksud Yesus adalah nubuatan tentang Mesias dalam seluruh Kitab Tanakh (Old Testament).

Juga Alfred Edersheim, seorang penganut Agama Yahudi yang hidup di abad 18 yang kemudian meyakini kemesiasaan Yesus, mendata ratusan rujukan para rabbi klasik terkait nubuatan dalam Tanakh tentang Almasih. Karena itu wajar kalau dalam Talmud terdapat pernyataan sebagai berikut:

All the prophets prophesied only about the messianic era, (Talmud Babylonia, Tractate Sanhedrin 99a)

“Semua nabi-nabi hanya bernubuat tentang era Sang Almasih”

Melihat fakta-fakta diatas, maka tentu saja usaha para polemikus agama lain yang mencoba mencari-cari nubuatan dalam Alkitab untuk dikaitkan dengan nabi mereka merupakan usaha menegakkan benang basah. Sebab sudah jelas dipahami dengan baik oleh orang-orang Yahudi sendiri, bahwa ketika para nabi bernubuat tentang hal-hal eskatologis, nubuatan mereka selalu dikaitkan dan berfokus pada sosok Almasih, Juruselamat umatNya.

Almasih Bukan Sekedar Nabi: Nubuatan Mikha Tentang Almasih

Matius mencatat peristiwa ketika orang-orang Majus tiba di Yerusalem melalui tuntunan bintang untuk menyembah Sang Raja Almasih yang baru saja dilahirkan. Atas kehendak Tuhan, bintang itu tidak lagi menampakkan diri sehingga mereka harus bertanya pada raja orang Yahudi saat itu, yakni Herodes.

Dalam keterkejutannya karena mendengar adanya raja Yahudi selain dirinya yang baru saja dilahirkan, ia mengumpulkan semua Ahli Taurat dan Imam Kepala untuk bertanya pada mereka tentang raja yang diyakini sebagai Almasih itu. Demikian informasi yang diberikan oleh mereka pada Herodes:

Matius 2:5-6

“Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."

Kutipan diatas berasal dari nubuat Nabi Mikha yang diwartakan sekitar 700 tahun sebelum kelahiran Sang Almasih. Pernyataan para imam dan ahli Taurat tersebut sekali lagi membuktikan bahwa orang Yahudi abad pertama sudah mengenal baik nubuatan mesianik yang terdapat dalam Kitab Tanakh (Old Testament). Kita juga bisa melihat rujukan tentang Mesias dalam nubuat Mikha ini dalam Targum Jonathan yang menyebut nama Mesias ketika menerjemahkan ayat diatas.

Dalam nubuatannya tersebut, Nabi Mikha menyampaikan janji Allah akan hadirnya tokoh pembebas yang akan menyelamatkan dan memulihkan keadaan umatNya. Lebih jauh Mikha menyatakan melalui wahyu yang diterimanya langsung dari Allah, bahwa Almasih yang akan datang berasal dari keturunan Daud. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Mikha:

“…we attah Betlehem Efratah… mimmekha li yetse moshel be Yisrael”

Artinya:

“Dan Engkau Betlehem Efratah… dari padamu Ia akan bangkit untuk memimpin Israel”.

Nubuat Mikha diatas menyatakan keberadaan Mesias sebagai manusia, seperti yang dinyatakan oleh Robert L. Reymond dalam bukunya: ‘Jesus Divine Messiah”, … Being born in Betlehem, The Messiah was to be a man like other men. Namun bukan hanya itu yang ingin disampaikan oleh Mikha. Bahkan kita akan gagal melihat seluruh keberadaan sosok Pembebas itu bila hanya berhenti pada keberadaannya yang` disebut keturunan Daud.

Mikha melanjutkan bahwa Sang Mesias, kendati hadir dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi keberadaanNya tidak diawali oleh waktu. “…umotsaotaw miqqedem mime olam”, demikian Mikha menyatakan dalam nubuatnya (Mikha 5:2). Ungkapan Ibrani tersebut menyatakan sifat kekekalan Sang Mesias yang keberadaanNya sudah ada sejak masa kekekalan. Dalam bahasa Ibrani, Qedem memiliki beberapa arti. Tetapi dalam konteks ini, Qedem bermakna kekekalan, yakni sebelum Allah menciptakan langit dan bumi (Prehistoric or before time). Kata ini bisa dibandingkan dengan kata Qadim dalam bahasa Arab (قديم).

Menarik bila kita melihat dalam Ulangan 33:27, Qedem adalah salah satu atribut Allah. Ia disebut sebagai: “Elohe Qedem (אֱלֹ֣הֵי קֶ֔דֶם)”, yakni Allah yang abadi/kekal. Tentu dalam konteks monotheisme tidak boleh ada yang qadim selain Allah, karena akan menyebabkan berbilangnya yang kekal (ta’addud al-qudama) yang akan berujung pada kesyirikan karena mengakui adanya ilah lain selain Allah (polytheisme). Karena itu bila Mesias disifati dengan sifat kekealan, maka Mesias harus dipahami sebagai pernyataan diri Allah sendiri. Seperti pernyataan Anba Yuanis, seorang teolog Koptik ketika membahas sifat keilahian Yesus: هذه الصفة يتصف بها الله وحده (Hadzihi ash-shifat yattashifu biha Allah wahdahu). Sifat seperti ini hanya dimiliki oleh Allah sendiri.

Demikian juga dengan ungkapan: “…mime olam”. Yang memiliki makna yang sama dengan ungkapan sebelumnya. Menurut E. W. Hengstenberg, “The Hebrew often hightens the meaning of a phrase by joining it together with a contrast”. Kedua ungkapan yang dipakai secara bersamaan tersebut hendak menegaskan kekekalan Sang Mesias. Bahwa Mesias yang akan datang sebagai keturunan Daud itu sesungguhnya sudah ada sejak kekal sebelum kedatanganNya sebagai manusia.

Karena itu, dalam iman Kristen Mesias dipahami memiliki dua kelahiran. Kelahiran Pertama adalah kelahiran kekal dari Sang Bapa. Kelahiran kedua adalah kelahiran dalam ruang dan waktu. Yang pertama menunjuk keberadaan ilahiNya, sedangkan yang kedua menunjuk kodrat kemanusiaaNya, seperti yang dinyatakan oleh Anba Yuanis dalam bukunya: ‘Aqidah al-Masihiyyin fi al-Masih:

لانسان محدود له بداية و نهاية. له تاريخ ميلاد و له تاريخ وفاة. لكن المسيح له المجد له ميلادان. ميلاد في الزمان و ميلاد قبل الزمان. ميلاد في الزمان حينما ولد من العذراء الطاهرة مريم. و ميلاد قبل الزمان و هو ولادته من الاب قبل كل الدهور. و هذه هى الازلية. المسيح ابن الله ازلى ابدى. لا بداية ايام له , و لا نهاية حياة. و هذه الصفة يتصف بها الله وحده.
عقيدة المسيحين في المسيح, ٧٩

“Al-Insanu mahdud lahu bidayatun wa nihayatun. Lahu tarikh milad wa lahu tarikh wafat. Lakin al-Masih (lahu al-Majdu) lahu miladani. Milad fi al-zaman wa milad qabla al-zaman. Milad fi al-zaman hinama wulida min al-‘adzra’ ath-thahirah Maryam. Wa Milad qabla al-zaman wa huwa wiladatuhu min al-Abi qabla kulli ad-duhur. Wa hadzihi hiya al-Azaliyyah. Almasih Ibnullah azali abadi. Laa bidayatun ayyam lahu, wa laa nihayatun hayat. Wa hadzihi al-shifati yattashifu biha Allah wahdahu.”
‘Aqidah al-Masihiyyin fi Al-Masih

Artinya:

“Manusia adalah makhluk terbatas yang memiliki awal dan akhir. Ada kelahiran dan kematian. Namun Almasih (bagiNya kemuliaan), memiliki dua kelahiran. Yakni kelahiran dalam ruang dan waktu (inkarnasi), dan kelahiran sebelum adanya ruang dan waktu. Kelahiran dalam ruang dan waktu ketika inkarnasiNya melalui Perawan Maria yang disucikan. Dan kelahiran sebelum ruang dan waktu adalah kelahiran kekal dari Sang Bapa sebelum segala jaman. Artinya Almasih itu kekal dan abadi (dalam hakekatNya sebagai Kalimatullah). Dia tidak diawali oleh hari-hari dan hidupNya tidak berkesudahan. Sifat seperti ini hanya dimiliki oleh Allah sendiri.’

Yesus adalah Juruselamat kita yang Ilahi. Pahami keberadaanNya secara utuh dalam keseluruhan hakikatNya. Ia adalah penyataan diri Allah sendiri yang dapat dilihat secara kasat mata. Tentu peristiwa inkarnasi ini tak bisa dilepaskan dari janji Allah dalam Perjanjian Lama (Tanakh) yang akan hadir secara riil di tengah umatNya dan juga dalam rangka menggenapi rencana penebusan. Inilah nubuat yang disampaikan Mikha tentang Mesias Sang Juruselamat Ilahi yang menjadi pengharapan Israel dan segala bangsa.

 

Salam Kasih Dalam Kristus

--ZoeLife--




Write a comment

Ada 7 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment

Loading....



Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Komentar Terakhir

  • Jesusprophet

    Kredo 1:Mereka=subjek,mengenal=predikat,Engkau satu satunya Allah yang benar=objek+keterangan ...

    View Article
  • Denis

    ???? ????? Yeshua haMashiach Yeshua sang Mesias ?? ????? Ben Elohim Putra Elohim ?? ...

    View Article
  • Sony

    shalom..Mohon berkenan kami dikirimi artikel via email kami, Trimakasih Tuhan ...

    View Article

Video Terbaru

View All Video