Isa Almasih Rasul Allah

By zoelife 21 Jun 2019, 17:35:51 WIB Kristologi
Isa Almasih Rasul Allah

AKU PERCAYA BAHWA ISA ALMASIH RASUL ALLAH

 

وَهَذِهِ هِيَ الْحَيَاةُ الأَبَدِيَّةُ: أَنْ يَعْرِفُوكَ أَنْتَ الإِلَهَ الْحَقِيقِيَّ وَحْدَكَ وَيَسُوعَ الْمَسِيحَ الَّذِي أَرْسَلْتَهُ

Wa hadzihi hiya al-hayatu al-abadiyyah: An ya’rifuka anta al-Ilah al-haqiqiyya wahdaka wa Yasu’ al-Masih al-ladzi arsaltahu

Artinya:

Dan Inilah Hidup Kekal: Bahwa mereka mengenal Engkau sebagai satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang Kau utus” (Yohanes 17:3)

Dalam perjumpaan teologis Kristen-Islam, ayat diatas sering dikutip oleh beberapa teman-teman Muslim sebagai bukti bahwa sebenarnya Kristen mengajarkan Tauhid, dan Yesus adalah Rasul Allah. Sebagai seorang Kristen, saya sepenuhnya sepakat dengan pernyataan teman-teman Muslim tersebut. Ada dua alasan mengapa saya sepakat. Pertama, ayat diatas memang menyatakan demikian. Kedua, iman Kristen memang mendasarkan imannya pada Allah yang esa (monotheisme).

Namun berbarengan dengan itu, saya juga mengajukan keberatan atas penafsiran yang tidak utuh terhadap ayat tersebut. Maksudnya, ayat tersebut dilepaskan dari konteks keseluruhannya, dan dalam konteks yang lebih luas lagi, sabda Yesus tersebut dilepaskan dari seluruh ajaran Alkitab tentang hakekat Almasih.

Selain itu juga, menafsirkan keyakinan orang lain secara berbeda dari apa yang diyakini oleh pemeluk agama tersebut tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang dialog agama-agama, yang sangat menyediakan ruang bagi tiap-tiap agama untuk menyatakan apa yang diyakininya tanpa boleh ditundukkan oleh ajaran/tafsiran agama lain terhadapnya.

PAHAMI DENGAN BAIK HAKIKAT YESUS

Ada banyak orang gagal memahami Pribadi Yesus Kristus karena tidak melihatnya secara utuh seperti yang dinyatakan Kitab Suci, baik Perjanjian Lama (al-‘ahd al-qadim) maupun Perjanjian Baru (al-‘ahd al-jadid). Padahal Kitab Suci sudah menyatakan dengan jelas hakikat Sang Almasih yang sudah dinubuatkan oleh para nabi tersebut. Secara singkat saya tegaskan disini berdasarkan Kitab Suci, bahwa Mesias adalah penyataan diri Allah sendiri yang berinkarnasi (Tajassud).

Fakta ini dibuktikan dari banyak nubuatan dalam Kitab Taurat dan Para Nabi tentang Mesias yang disifati dengan sifat-sifat Ilahi. Dalam konteks monoteisme Yahudi yang sangat keras menentang keyakinan pada ilah-ilah lain (Kel 20:3; Ul 6:4), maka jika Mesias disifati dengan sifat ilahi, Ia adalah manifestasi Allah sendiri. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa ayat berikut:

Mikha 5:1

וְאַתָּ֞ה בֵּֽית־לֶ֣חֶם אֶפְרָ֗תָה צָעִיר֙ לִֽהְיוֹת֙ בְּאַלְפֵ֣י יְהוּדָ֔ה מִמְּךָ֙ לִ֣י יֵצֵ֔א לִֽהְי֥וֹת מוֹשֵׁ֖ל בְּיִשְׂרָאֵ֑ל וּמוֹצָאֹתָ֥יו מִקֶּ֖דֶם מִימֵ֥י עוֹלָֽם

Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

Ayat diatas adalah nubuatan Nabi Mikha tentang Almasih yang akan datang ke dunia. Dikatakan bahwa Almasih yang masih akan hadir itu, sebenarnya sudah ada sejak kekal. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Qedem/קֶּ֖דֶם dan ‘olam/ עוֹלָֽם. Kata Qedem dan Olam, sejajar dengan bahasa Arab Qadim dan Azali.

Maknanya menunjuk pada sifat kekal, yakni sifat yang hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Dalam Yesaya 40:28, Ia menyatakan diriNya sebagai Allah yang kekal (Elohe ‘Olam/אֱלֹהֵ֙י עוֹלָ֤ם). Demikian juga dalam Ulangan 33:27, Ia menyatakan diri sebagai Elohe Qedem/אֱלֹ֣הֵי קֶ֔דֶם. Jadi jelas menurut nubuat Mikha diatas, bahwa Mesias yang akan datang itu dipahami sebagai Yang Kekal, yang kemudian masuk dalam ruang dan waktu.

Nubuatan lain tentang hakikat Almasih dapat kita baca dalam kitab Daniel 7:14. Dalam pengelihatan yang diterimanya dari Allah tersebut, Daniel ditampakkan sosok Almasih yang memiliki kerajaan kekal.

וְלֵ֙הּ יְהִ֤יב שָׁלְטָן֙ וִיקָ֣ר וּמַלְכ֔וּ וְכֹ֣ל עַֽמְמַיָּ֗א אֻמַיָּ֛א וְלִשָּׁנַיָּ֖א לֵ֣הּ יִפְלְח֑וּן שָׁלְטָנֵ֞הּ שָׁלְטָ֤ן עָלַם֙ דִּֽי־לָ֣א יֶעְדֵּ֔ה וּמַלְכוּתֵ֖הּ דִּי־לָ֥א תִתְחַבַּֽל

“Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.”

Dikatakan diatas bahwa Kerajaan Sang Anak Manusia, gelar Mesias yang menunjuk sekaligus kemanusiaan dan keilahianNya, adalah kerajaan dengan kekuasaan yang kekal (Syoltaneh syoltan ‘olam/שָׁלְטָנֵ֞הּ שָׁלְטָ֤ן עָלַם֙). Di dunia ini tidak ada satupun makhluk yang memiliki kekuasaan yang kekal kecuali Allah sendiri. Dengan demikian, ditegaskan sekali lagi oleh Kitab Suci bahwa Almasih adalah manifestasi Allah sendiri dalam daging.

Ada banyak orang menyalahpahami iman Kristen terkait Pribadi Yesus Kristus karena terlebih dahulu melihat pada kemanusiaanNya. Seharusnya mereka melihat Yesus secara utuh, yakni sebelum wujud nuzulNya sebagai manusia. Kitab suci menyatakan bahwa Ia adalah Kalimatullah (كلمة الله), atau Memra Alaha dalam bahasa Aram.

Sebagai sifat dzatiyah Allah/صفة ذاتية في الله, Kalimatullah berdiam dalam Wujud Allah (Arab: al-Dzat; Yun: Ousia). Dengan demikian, Kalimatullah atau Firman Allah tidak mungkin terpisahkan dari Allah apalagi diawali oleh waktu alias diciptakan (Yoh 1:1-3; 8:42; 8:58).

Kalimatullah yang adalah Hikmat Allah memang bisa dibedakan dari Allah, tetapi tidak mungkin diceraikan dari Allah dalam DzatNya. Ungkapan Kalimatullah yang “berada dalam Dzat Allah ataupun tidak mungkin diceraikan dari Allah” harus dipahami secara metafisik, karena Allah bukanlah keberadaan fisik yang dibatasi oleh ruang dan waktu.

Perumpamaan-perumpamaan dari dunia ciptaan tentang relasi antara Allah dan FirmanNya hanya untuk memudahkan pikiran kita yang terbatas, dan bukan dimaksudkan untuk menggambarkan keberadaan Allah secara persis seperti yang diperumpamakan tersebut. Seperti misalnya dalam tulisan salah seorang teolog Koptik berikut ini:

و لكنهم ليسوا ثلاثة آلهة بل اله واحد، مثلما قال القديس باسيليوس; اَن النورهو نور، و الشعاع المولود منه هو نور، ولكنهما ليسا نورين بل نور واحد

"Wa lakinnahum laisuu tsalatsah alihatun bal Ilahun Wahid. Qola al-Qidis Basilius: Anna al-Nur Huwa Nur, wa asy-syu'aa' al-mauludu minhu huwa nur, wa lakinna huma laisaa nurunain bal nurun wahid"

Artinya:

“Dan Allah Tritunggal bukanlah tiga ilah (tsalatsah alihat), melainkan Allah Yang Esa. St. Basilius berkata: Sama seperti Hakekat Cahaya adalah Cahaya itu sendiri, maka sinar yang keluar dari Sumber Cahaya itu adalah juga disebut cahaya, tetapi tidak ada dua wujud cahaya, hanya ada satu cahaya"

Digambarkan diatas bahwa Ibarat Matahari dan sinarnya yang keluar dari wujud matahari, demikian juga Kalimatullah yang berdiam dalam Dzat Allah. Sebagaimana Allah itu kekal, maka kekal pula yang keluar dari WujudNya (Dzat/Ousia).

Nah, dalam Kitab Suci dinyatakan bahwa Kalimatullah itu nuzul atau turun menjadi manusia. Itulah Yesus dari Nazaret, yang dipercayai baik oleh umat Kristen ataupun umat Islam sebagai inkarnasi dari Kalimatullah. Meskipun dalam Islam masih ada beberapa tafsir tentang makna Kalimatullah bagi Yesus, tetapi Islam sepakat bahwa Yesus adalah Sang Kalimatullah dan juga Sang Almasih.

Dengan memahami fakta ini, maka seseorang tidak akan menyalahpahami lagi keyakinan iman Kristen tentang Kristen. Tentu memahami tidak harus berarti mempercayai dan kemudian memeluk iman Kristen. Namun ia menjadi paham keyakinan umat Kristen tentang Yesus yang adalah inkarnasi dari Firman Allah. Yang secara ontologis, Kalimatullah itu bukan ciptaan, dan sebagai sifat Allah Ia adalah eksistensi yang ada dan unik dalam diri Allah. Tentu ADA-nya atau EKSISTENSI dari Kalimatullah dalam diri Allah ini tidak boleh dipahami secara fisik. Ia adalah wujud yang bersifat filosofis-logis.

Sekedar memperluas wawasan lintas agama kita semua, para pakar perbandingan agama-agama seringkali memparalelkan posisi Yesus yang adalah wujud inkarnasi dari Kalimatullah dengan al-Qur’an sebagai kalam Allah yang nuzul dalam bentuk kitab. Iman Kristen pun meyakini berdasarkan teks-teks kitab suci bahwa dalam Yesus menyatu dua tabiat Ilahi dan manusia.

Tabiat Ilahi menunjuk hakekatNya sebagai Kalimatullah yang ghayr al-makhluq alias bukan ciptaan, dan justru Ia adalah Khaliq/Pencipta (Maz 33:6; Yoh 1:1-3). Sedangkan tabiat manusiaNya merupakan wujud inkarnasi dari Kalimatullah.

Kalau di dalam Islam, diyakini bahwa al-Qur’an yang adalah Kalamullah memiliki dua dimensi. Yang pertama, dimensi Qadim/kekal dari sisi sifat Kalam Allah yang memang kekal. Sedangkan yang kedua adalah dimensi hadits (baru), karena al-Qur’an merupakan kata-kata yang tertulis dan dapat dibaca.

Bagaimana menyatunya yang Ilahi dan yang temporal dalam wujud Yesus Kristus di dalam Kristen, atau Al-Qur’an dalam Islam, sekalipun melalui lorong perdebatan panjang dalam sejarah perkembangan kedua agama tersebut, diyakini bahwa memang demikianlah fakta-fakta yang kita dapati dalam kitab suci masing-masing. Dan hal itu dapat dipertanggungjawabkan dengan kaidah-kaidah ilmu ketuhanan secara logis dan benar.

YANG DIUTUS SEKALIGUS YANG MENGUTUS: Teofani MALAIKAT TUHAN dalam Perjanjian Lama

Alkitab menulis banyak kisah-kisah tentang malaikat yang diutus Allah untuk tugas tertentu. Entah itu menyampaikan pesan Allah atau menyatakan pertolongan Allah. Secara bahasa, kata malaikat (Ibrani: Mal’ak/מַלְאַ֧ךְ), artinya utusan. Dalam artikel ini tentu tidak akan dibahas panjang lebar mengenai hakekat malaikat ataupun peran dan tugas mereka sebagai makhluk rohani.

Namun diantara banyak kemunculan para malaikat yang ditulis dalam Perjanjian Lama, ada sosok yang disebut sebagai MALAIKAT TUHAN, dalam Alkitab LAI ditulis dengan huruf kapital, yang begitu unik dalam setiap kehadiranNya. Saya akan memberikan contoh dari kisah Abraham yang dicatat dalam Kitab Kejadian 22:11-18

"Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: " Ya, Tuhan. " Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.“Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri demikianlah firman TUHAN :Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku.”

Ayat diatas mengisahkan ujian iman Abraham yang begitu terkenal itu. Yang kita tahu bahwa Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan Ishak, anak perjanjian itu, untuk melihat apakah Abraham mengasihi Allah lebih dari apapun juga. Dan dikisahkan bahwa Abraham memang mengasihi Allah lebih dari segalanya. Ketika Abraham bersiap menghujamkan pisaunya untuk menyembelih Ishak, terdengarlah suara dari langit seperti yang kita baca dalam ayat diatas.

Kitab Taurat mencatat, yang berseru adalah MALAIKAT TUHAN/ מלְאַ֤ךְ יְהוָה. Dan Musa, berdasarkan wahyu suci yang diterima, menyadari bahwa sosok ini bukan malaikat ciptaan. Malaikat yang satu itu, kendati seolah terpisah dari Allah dalam penyataannya, tetapi berbarengan dengan itu mengidentikkan diriNya sendiri dengan Allah. Misalnya kita lihat dalam ayat 15 dikatakan: wayiqra Mal’ak YHWH el Avraham, “berserulah Malaikat YHWH pada Abraham”. Lalu pada ayat 16 kita baca apa isi perkataanNya pada Abraham: “... Aku bersumpah demi diriKu sendiri, demikianlah TUHAN berfirman. MALAIKAT TUHAN itu menyatakan bahwa diriNya sendiri adalah TUHAN yang memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan kurban.

Demikian juga dapat kita lihat kehadiran MALAIKAT TUHAN tersebut pada tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama. Pada Yakub, MALAIKAT TUHAN menyatakan bahwa Ia adalah Allah yang menyatakan diri di Bethel (Ibrani: Anoki ha El-Bethel/ אָנֹכִ֤י הָאֵל֙ בֵּֽית־אֵ֔ל). Demikian akhirnya Musa juga mengalami perjumpaan dengan MALAIKAT TUHAN yang menyatakan diri dalam nyala api di semak belukar (Kel 3:2), yang kemudian menyatakan diri sebagai: Elohe Avraham, Elohe Yitshaq, Elohe Ya’akov (Allah yang disembah Abraham, Ishaq dan Yakub).

Gideon juga pernah mengalami perjumpaan dengan MALAIKAT TUHAN yang kemudian mengubah total hidupnya yang dulunya pengecut berubah menjadi pahlawan yang gagah berani (Hak 6:11-18). Kemudian dinyatakan lebih jauh dalam kitab Hakim-hakim bahwa ternyata MALAIKAT TUHAN tersebut adalah TUHAN (Ibr: YHWH/ יְהוָ֔ה) sendiri, yang dalam manifestasiNya, MENYATAKAN DIRI dan MENYEBUT DIRINYA sendiri sebagai MALAIKAT TUHAN.

Sudah disinggung diatas bahwa MALAIKAT TUHAN, yang harus dibedakan dengan malaikat-malaikat ciptaan, adalah manifestasi atau teofani Allah pada umatNya. Salah satu tujuan Allah dalam teofaniNya adalah agar manusia bisa merasakan dan melihat secara riil kehadiranNya.

Tidak ada seorangpun yang mampu melihat Allah dalam EsensiNya. Karena itu, Allah menyatakan diri dalam wujud yang bisa diinderai oleh manusia. Dalam hal ini, Allah berteofani dalam wujud MALAIKAT TUHAN. Secara bahasa, kata MALAIKAT artinya utusan atau yang diutus. Kita melihat disini misteri keilahian, “Yang Mengutus sekaligus berperan sebagai Yang Diutus”.

Manifestasi Allah ini sekaligus menggambarkan akan hadirnya Sang Almasih, Kalimatullah al-Mutajassid (Firman yang menjadi manusia). Ia yang adalah Pencipta segala sesuatu, memasuki dunia ciptaan untuk menyelamatkan manusia.

Dalam menjalankan misiNya sebagai Almasih, Ia menjadi utusan (rasul). Yang Mengutus sekaligus menjadi yang diutus, sama seperti manifestasi Allah sebagai MALAIKAT TUHAN. Kenapa Yang Mengutus sekaligus menjadi Yang Diutus? Karena tidak ada seorang pun yang sanggup mengerjakan misi penyelamatan tersebut selain Allah sendiri. Sehingga Yang Mengutus (Allah) sekaligus menjadi Yang Diutus (Manusia Yesus sebagai wujud inkarnasi Kalimatullah yang adalah Allah sendiri).

MEMAKNAI SABDA YESUS DENGAN BENAR

Dalam pengajaranNya, Yesus seringkali mengajar dengan menggunakan perumpamaan atau simbol-simbol dalam Perjanjian Lama yang menunjuk pada diriNya. Misalnya, Ia mengibaratkan diriNya seperti ular tembaga yang pada jaman Musa menjadi penawar hukuman Allah bagi orang Israel. Sehingga kini, bagi mereka yang memandang (baca:Beriman) pada Yesus sebagai Almasih akan diselamatkan (Yoh 3:14-16).

Yesus juga mengibaratkan diriNya bagaikan Manna (Roti Malaikat) yang turun dari surga untuk memberikan kehidupan rohani bagi semua orang (Yoh 6:35). Ada banyak sabda-sabda Yesus lainnya dalam Injil yang harus dipahami dalam latar belakang pengharapan mesianik dalam Perjanjian Lama. Demikian juga apa yang dinyatakan dalam Injil Yohanes 17:3, bahwa Yesus Kristus adalah Yang Diutus.

Sabda Yesus ini juga harus dipahami sesuai dengan konteks Perjanjian Lama. Pertama kita memahami bahwa Yesus adalah Kalimatullah/Firman Allah yang menjadi manusia. Dalam Perjanjian Lama, Firman Tuhan digambarkan sebagai Yang Diutus oleh Allah sendiri. Misalnya dalam Mazmur 107:20

יִשְׁלַ֣ח דְּ֭בָרוֹ וְיִרְפָּאֵ֑ם וִֽ֜ימַלֵּ֗ט מִשְּׁחִיתוֹתָֽם

Yishlakh devaro we yirpa’em, wiymallet missysyekhitotam”

Artinya:

Ia mengutus/Yishlakh FirmanNya, disembuhkanlah mereka..

Kemudian lagi dalam Yesaya 55:11

“demikianlah firman-Ku yangkeluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

Dalam ayat diatas kembali digunakan kata kerja “syalakh” yang artinya mengutus. Kalau kita melihat dalam Alkitab bahasa Arab digunakan kata kerja/fi’il arsala/Dia mengutus. Sedangkan yang diutus atau utusan dalam bahasa Arab adalah rasul.

Pada ayat-ayat diatas, Firman Tuhan dipersonifikasikan sebagai Rasul atau Utusan Allah sendiri. Inilah latar belakang sabda Yesus dalam Yohanes 17:3, bahwa Ia adalah Sang Firman yang menjadi manusia, disebut juga sebagai Utusan atau Rasul. Bahwa Sang Firman yang dahulu pernah dipersonifikan dalam Kitab Para Nabi, kini benar-benar hadir secara personal dalam diri Yesus Kristus.

Lagipula kalau kita membaca Yohanes 17:1-16, sudah jelas bahwa ungkapan “Utusan/Rasul” tidak mungkin dimaknai sama seperti rasul lainnya yang adalah manusia biasa.

Dalam ayat-ayat tersebut dinyatakan keistimewaan relasi Yesus dan Bapa, yang tentu terkait hakekatNya sebagai Kalimatullah yang satu dengan Allah dalam DzatNya. Berbarengan dengan itu kita juga bisa menemukan pre eksistensi Yesus sebagai Kalimatullah yang sudah ada sebelum dunia dijadikan (Yoh 17:5,24).

Kesimpulan

Sudah jelas dapat disimpulkan dari studi singkat ini bahwa Yesus memang Sang Rasul. Tetapi makna Sang Rasul tersebut tidak sama seperti rasul-rasul lainnya yang memang sepenuhnya adalah manusia biasa. Sedangkan bagi Yesus ungkapan itu menunjuk baik hakekatNya sebagai Kalimatullah yang satu dalam diri Allah maupun dalam kemanusiaanNya sebagai wujud inkarnasi Kalimatullah.

Makna rasul yang menunjuk pada keilahian Yesus sangat penting sebagai persyaratan mutlak sebagai Sang Juruselamat manusia. Karena itu, dengan yakin saya mengaku bahwa memang tidak ada ilah lain selain Allah dan Yesus Kristus adalah Rasul Allah. Amin!

 

Salam Kasih Dalam Kristus

-ZoeLife-




Write a comment

Ada 1 Komentar untuk Berita Ini

  1. Jesusprophet 17 Nov 2019, 00:08:33 WIB

    Kredo 1:Mereka=subjek,mengenal=predikat,Engkau satu satunya Allah yang benar=objek+keterangan objek.Kredo 2:Mereka=subjek,mengenal=predikat,Yesus Kristus yang Engkau utus=objek+keterangan objek.adakah sama objek+keterangan objek di kredo 1 dengan objek+keterangan objek di kredo 2??? kredo 1 untuk TUHAN Allah yang hak dan mutlak+kredo 2 untuk yang TUHAN Allah utus alias Nabi+Rasul.suruh aja semua orang kristen yang akalnya SAKIT itu rubah ayat 3 yohanes 17 jadi begini deh...Mereka mengenal Aku lah satu satunya Allah yang benar dan mereka mengenal Yesus Kristus yang Aku utus wkwkwkwkwkwk.paksain terus Nabi Yesus jadi tuhan..dajjal itu oi alias kristus gadungan.anda belajar lagi deh membedakan Objek dalam kredo 1 dan kredo 2 ayat 3 yohanes 17 tsb.Akal itu untuk dipake,jgn kalah sma binatang kawan,binatang tidak ada yang kafir kepada Allah satu satunya TUHAN.Yesus bilang di matius 23:9 "jangan siapapun dibumi ini kau panggil Bapa,karena cuma satu Bapa mu yaitu Dia yang bertahta di sorga" Yesus bilang bgt lantas masih ngotot panggil bapa yesus/tuhan yesus???dan baca matius 7:21-23 bahwa yang panggil bapa yesus/tuhan yesus bakal ke neraka dan itu Yesus yang bilang.kenapa kalian pertuhankan Beiiau Nabi Allah itu?

View all comments

Write a comment

Loading....



Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Google+, Linkedin dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Komentar Terakhir

  • Jesusprophet

    Kredo 1:Mereka=subjek,mengenal=predikat,Engkau satu satunya Allah yang benar=objek+keterangan ...

    View Article
  • Denis

    ???? ????? Yeshua haMashiach Yeshua sang Mesias ?? ????? Ben Elohim Putra Elohim ?? ...

    View Article
  • Sony

    shalom..Mohon berkenan kami dikirimi artikel via email kami, Trimakasih Tuhan ...

    View Article

Video Terbaru

View All Video